Minggu, 19 Maret 2017

Skripsi itu yang penting selesai? #3 Skripsian

“Kalau kamu ingin menjadi seorang pembicara, kamu harus menjadi pendengar yang baik dan hati yang siap untuk melayani. Jika kamu tidak memiliki jiwa seperti itu, suaramu sangat tidak menarik untuk di dengar.”
Tibalah pada saatnya, aku harus simulasi SemHI di hari terakhir dan nomor urut 5 terakhir, aku ga tau kenapa semua terakhir. Logikanya bagi mereka yang dapat nomor urut pertama, mempunyai banyak waktu untuk revisian, sedangkan yang dapat nomor urut terakhir, hanya punya waktu satu malam untuk revisian. Wow yaa haha
Sebelum aku ke kampus, aku sempetin buat solat duha dulu, supaya semuanya lancar, aku diberi kekuatan, ketabahan, keikhlasan, dan kesabaran untuk menjalani SemHI ini. Biasa kalo habis solat, aku baca istighfar 30 kali, salawat nabi 30 kali, dan ayat kursi 18 kali. Katanya kalo kita istighfar, kita baru bilang “as” aja Allah uda meluk kita.
Dalam 1 hari, ada 6 mahasiswa yang presentasi. Sebelum-sebelumnya, aku yang jadi operator laptop, yang kalo dibilang next, aku klik next. Aku suka sih profesi ini, karena operator duduk di kursi paling depan. Jadi aku benar-benar belajar bagaimana teman-teman aku presentasi. Habis presentasi, dosen memberikan saran, masukan, kritikan, dan arahan. Layaknya kayak semprop dan pendadaran gitu. Tapi, ketika aku mau presentasi, tugas operator diambil alih sama yang lain.
Tiba saatnya aku presentasi. Mama bilang, kalo kamu gugup, kamu baca bismillah 7 kali. Setiap aku mau naik ke atas panggung, aku selalu praktekin ini. Aku merasa, aku lagi diatas panggung, semua mata tertuju padaku, aku aktor utamanya, panggung ini milik aku, mereka adalah penonton yang akan menikmati pertunjukan aku. Mereka akan memperhatikan sekecil apapun gerakan aku, atau bahkan mencari celah kesalahan aku.
Sebelum aku berdiri disini, aku sudah membuat prediksi pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul. Aku uda punya senjata, aku juga uda punya peluru, hanya butuh waktu yang tepat untuk melontarkan, sasarannya sudah siap menanti duduk manis di hadapanku.
Aku mulai dengan pembukaan, bla bla. Sampai aku sebutkan judul skripsiku “Implementasi kerja sama Australia dan Indonesia Berdasarkan Lombok Treaty dalam Penanganan Human Trafficking di Australia th bla bla bla.” Aku ngerasa ini judul okay punya. PD aja gitu. Waktu itu aku pake teori rezim atau efektivitas rezim. Lupaa haha penelitian aku mau aku lakuin di UNIC dan Kemlu (cari sendiri kepanjangannya yaa), pakenya kualidesk, dan bla bla.
Setelah selesai, dosen lulusan ANU nanya sama aku, “kamu uda pernah ikut atau liat semprop kaka kelas?” “belum bu.” “belum? Tapi kamu itu seperti mahasiswa yang sudah skripsian, cara presentasi kamu, cara kamu meyakinkan. Ya bu?” nanya ke dosen pembimbing akademis aku. “iya bener. Padahal shyta itu ya, awal-awal tugas dia itu, ga jelas mau neliti apa, tapi hari ini... gimana bu?” “ga banyak sih yang di revisi, ah gausah di revisi ajalah. Cuma ini aja, metode penelitian dll yang ke bolak-balik, kalo ibu?” “udah, saya ga ada. Ini yaa yang harus dijadikan contoh buat teman-teman yang lain, presentasi yang ideal itu seperti ini.” kalau nanya aku gimana saat itu, mata aku tetap melihat lurus, tapi aku usahain dagu aku nyentuh leher aku (silahkan praktekin).
Jangan pernah ragu buat ngadap dosen dan minta saran ke mereka. “saya harus gimana ya?” “apa yang harus saya lakukan?” dan jangan pernah segan untuk berbagi cerita dengan teman seperjuangan. Terkadang kita butuh mata orang lain untuk melihat. Ups satu lagi, selalu libatkan Allah dalam setiap tujuan kamu, gerak langkah kamu.
Aku punya 2 teman yang kalo berteman tanpa peraturan. Kamu bisa ngapain aja, bisa sealay dan selebai apa dihadapan dia, bisa diajak diskusi sambil ngeteh, bisa diajak karokean, sampe diajak diajak ta’lim ke mesjid. Mereka adalah Nur Annisa Ayu Prasanti (ica) dan Irfan Nur Hidayat (irfan). Mereka yang ga pernah ngejudge aku, ngehakimin aku selama 6 tahun berteman dari semester 1. Mereka orang yang mengerti kondisi dan keadaan aku yang bisa dibilang runyam. Mahasiswa yang ngabisin waktunya, buat mikirin orang lain.
Sungguhpun aku juga sibuk di organisasi, setiap kali ada teman yang ngajak aku diskusi tentang skripsi mereka, bercerita tentang aktivitas mereka, aku selalu nyempetin waktu. Aku punya waktu diluar jam tidur aku untuk bertemu dan ngobrol dengan siapa saja dalam satu waktu. Aku yang atur mau rapat jam berapa, mau ketemuan jam berapa, itu semua atas kesepakatan bersama. Aku priositaskan mana yang lebih dulu aku hubungi, jadi aku uda punya jawaban untuk satu hal, sisanya aku pergunakan untuk hal lain diluar dari yang aku rencanakan. Aku bahkan jarang punya waktu untuk tidur siang atau mungkin untuk nonton film korea, india seperti teman-teman kosan aku lakukan.
Terkadang aku pingin bilang sama mahasiswa yang lagi skripsian, “beruntunglah kalian yang hanya mikirin skripsi disaat semester-semester akhir, sedangkan aku?” tapi aku juga beruntung punya teman yang bisa dengerin omelan aku, ica dan irfan. Mereka pendengar yang baik. Apa yang ga bisa aku ceritakan ke mama karena takut mama kepikiran, aku ceritakan ke mereka.
Setiap aku bilang sama mama, “mama, aku masih banyak kegiatan yang aku harus ikutin di organisasi aku.” Mama bilang, “yagapapa, itu pilihan kamu. Yang penting skripsinya jangan lupa, solat, berdoa.” “iya mah.” Mama ga pernah nyuruh aku buat ninggalin organisasi aku. Karena aku pernah ninggalin organisasi di semester 5, tapi ternyata bukan itu yang aku butuhkan. Aku jadi mempunyai banyak waktu untuk bermalas-malasan dan menunda-nunda, malahan karena waktu yang aku punya untuk berleha-leha sedikit sekali, aku jadi ngerjain semua tepat waktu. Sekali aja aku molor, aku bisa ngancurin semua jadwal yang aku rancang sebelum aku tidur malam. 

Yuk dilanjut lagi bacanya #4 Skripsian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar