“Kalau kamu
ingin menjadi seorang pembicara, kamu harus menjadi pendengar yang baik dan
hati yang siap untuk melayani. Jika kamu tidak memiliki jiwa seperti itu,
suaramu sangat tidak menarik untuk di dengar.”
Tibalah
pada saatnya, aku harus simulasi SemHI di hari terakhir dan nomor urut 5
terakhir, aku ga tau kenapa semua terakhir. Logikanya bagi mereka yang dapat
nomor urut pertama, mempunyai banyak waktu untuk revisian, sedangkan yang dapat
nomor urut terakhir, hanya punya waktu satu malam untuk revisian. Wow yaa haha
Sebelum aku
ke kampus, aku sempetin buat solat duha dulu, supaya semuanya lancar, aku
diberi kekuatan, ketabahan, keikhlasan, dan kesabaran untuk menjalani SemHI
ini. Biasa kalo habis solat, aku baca istighfar 30 kali, salawat nabi 30 kali,
dan ayat kursi 18 kali. Katanya kalo kita istighfar, kita baru bilang “as” aja
Allah uda meluk kita.
Dalam 1
hari, ada 6 mahasiswa yang presentasi. Sebelum-sebelumnya, aku yang jadi
operator laptop, yang kalo dibilang next, aku klik next. Aku suka sih profesi
ini, karena operator duduk di kursi paling depan. Jadi aku benar-benar belajar
bagaimana teman-teman aku presentasi. Habis presentasi, dosen memberikan saran,
masukan, kritikan, dan arahan. Layaknya kayak semprop dan pendadaran gitu.
Tapi, ketika aku mau presentasi, tugas operator diambil alih sama yang lain.
Tiba
saatnya aku presentasi. Mama bilang, kalo kamu gugup, kamu baca bismillah 7
kali. Setiap aku mau naik ke atas panggung, aku selalu praktekin ini. Aku
merasa, aku lagi diatas panggung, semua mata tertuju padaku, aku aktor
utamanya, panggung ini milik aku, mereka adalah penonton yang akan menikmati
pertunjukan aku. Mereka akan memperhatikan sekecil apapun gerakan aku, atau
bahkan mencari celah kesalahan aku.
Sebelum aku
berdiri disini, aku sudah membuat prediksi pertanyaan-pertanyaan yang akan
muncul. Aku uda punya senjata, aku juga uda punya peluru, hanya butuh waktu
yang tepat untuk melontarkan, sasarannya sudah siap menanti duduk manis di
hadapanku.
Aku mulai
dengan pembukaan, bla bla. Sampai aku sebutkan judul skripsiku “Implementasi
kerja sama Australia dan Indonesia Berdasarkan Lombok Treaty dalam Penanganan
Human Trafficking di Australia th bla bla bla.” Aku ngerasa ini judul okay
punya. PD aja gitu. Waktu itu aku pake teori rezim atau efektivitas rezim.
Lupaa haha penelitian aku mau aku lakuin di UNIC dan Kemlu (cari sendiri
kepanjangannya yaa), pakenya kualidesk, dan bla bla.
Setelah
selesai, dosen lulusan ANU nanya sama aku, “kamu uda pernah ikut atau liat
semprop kaka kelas?” “belum bu.” “belum? Tapi kamu itu seperti mahasiswa yang
sudah skripsian, cara presentasi kamu, cara kamu meyakinkan. Ya bu?” nanya ke
dosen pembimbing akademis aku. “iya bener. Padahal shyta itu ya, awal-awal
tugas dia itu, ga jelas mau neliti apa, tapi hari ini... gimana bu?” “ga banyak
sih yang di revisi, ah gausah di revisi ajalah. Cuma ini aja, metode penelitian
dll yang ke bolak-balik, kalo ibu?” “udah, saya ga ada. Ini yaa yang harus
dijadikan contoh buat teman-teman yang lain, presentasi yang ideal itu seperti ini.”
kalau nanya aku gimana saat itu, mata aku tetap melihat lurus, tapi aku usahain
dagu aku nyentuh leher aku (silahkan praktekin).
Jangan
pernah ragu buat ngadap dosen dan minta saran ke mereka. “saya harus gimana
ya?” “apa yang harus saya lakukan?” dan jangan pernah segan untuk berbagi
cerita dengan teman seperjuangan. Terkadang kita butuh mata orang lain untuk
melihat. Ups satu lagi, selalu libatkan Allah dalam setiap tujuan kamu, gerak
langkah kamu.
Aku punya 2
teman yang kalo berteman tanpa peraturan. Kamu bisa ngapain aja, bisa sealay
dan selebai apa dihadapan dia, bisa diajak diskusi sambil ngeteh, bisa diajak
karokean, sampe diajak diajak ta’lim ke mesjid. Mereka adalah Nur Annisa Ayu
Prasanti (ica) dan Irfan Nur Hidayat (irfan). Mereka yang ga pernah ngejudge
aku, ngehakimin aku selama 6 tahun berteman dari semester 1. Mereka orang yang
mengerti kondisi dan keadaan aku yang bisa dibilang runyam. Mahasiswa yang
ngabisin waktunya, buat mikirin orang lain.
Sungguhpun
aku juga sibuk di organisasi, setiap kali ada teman yang ngajak aku diskusi
tentang skripsi mereka, bercerita tentang aktivitas mereka, aku selalu
nyempetin waktu. Aku punya waktu diluar jam tidur aku untuk bertemu dan ngobrol
dengan siapa saja dalam satu waktu. Aku yang atur mau rapat jam berapa, mau
ketemuan jam berapa, itu semua atas kesepakatan bersama. Aku priositaskan mana
yang lebih dulu aku hubungi, jadi aku uda punya jawaban untuk satu hal, sisanya
aku pergunakan untuk hal lain diluar dari yang aku rencanakan. Aku bahkan jarang
punya waktu untuk tidur siang atau mungkin untuk nonton film korea, india
seperti teman-teman kosan aku lakukan.
Terkadang
aku pingin bilang sama mahasiswa yang lagi skripsian, “beruntunglah kalian yang
hanya mikirin skripsi disaat semester-semester akhir, sedangkan aku?” tapi aku
juga beruntung punya teman yang bisa dengerin omelan aku, ica dan irfan. Mereka
pendengar yang baik. Apa yang ga bisa aku ceritakan ke mama karena takut mama
kepikiran, aku ceritakan ke mereka.
Setiap aku bilang sama
mama, “mama, aku masih banyak kegiatan yang aku harus ikutin di organisasi
aku.” Mama bilang, “yagapapa, itu pilihan kamu. Yang penting skripsinya jangan
lupa, solat, berdoa.” “iya mah.” Mama ga pernah nyuruh aku buat ninggalin
organisasi aku. Karena aku pernah ninggalin organisasi di semester 5, tapi
ternyata bukan itu yang aku butuhkan. Aku jadi mempunyai banyak waktu untuk
bermalas-malasan dan menunda-nunda, malahan karena waktu yang aku punya untuk
berleha-leha sedikit sekali, aku jadi ngerjain semua tepat waktu. Sekali aja
aku molor, aku bisa ngancurin semua jadwal yang aku rancang sebelum aku tidur
malam. Yuk dilanjut lagi bacanya #4 Skripsian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar