Selasa, 11 September 2018

MENJADI TIADA


AKHIR KISAH
Ntah kenapa seseorang yang dulu kembali menoreh kisah. Kisah yang semestinya tak perlu diukir. Dia datang tiba-tiba ke dalam hidupku lagi, membuatku mengingatnya kembali setelah sekian lama membuat kenangannya terkubur bersama waktu.

Waktu itu, aku tak berniat duduk dihadapannya. Bapak tua itu yang menyapaku. Bercerita, memulai kisahku, menebak isi batinku berbicara. Sejak itulah, semua terungkap. Membuatku memulai percakapan itu setalah sekian hari menahan rasa untuk di katakan.

1 Maret 2018, dia muncul dalam sebutan nama dibatinku. Hampir seminggu aku mempertanyakan kenapa dia tiba-tiba terbesit dalam ingatan. Aku video call teman kost ku dulu yang tau semua ceritaku tentang dia dan aku. Aku menangis dihadapannya karena rasa ini sungguh menyiksa. Aku kesal kepada diriku sendiri kenapa aku membuka kesempatan untuk dia hadir kembali.

“Mba, ungkapin mba, daripada mba terus begini. Coba omongin, ungkapin, biar mba lega.”

 “Mba, apasih yang mba cari di dunia ini sampai pergi jauh hanya untuk melupakan dia. Berhasil?”

Aku pernah, bukannya tidak. Memimpikanmu untuk berada disisiku, menemani setiap langkahku, berusaha bersama waktu menentukan akhir dari cerita ini. Aku mencoba memahami bahwa kau tak ingin, memulainya apalagi mengakhirinya. Hingga hampir 10 tahun pun kau tak pernah memberiku pertanyaan bahkan jawaban. Kau pun tak pernah memberikan harap padaku, sehingga aku tak pernah kecewa karena mu.

Aku pernah, bukannya tidak. Terus memintamu untuk menjadi jawaban dalam doaku. Menyebut namamu disetiap sujud akhirku, kupinjam namamu dalam setiap sepertiga malamku, memohon yang terbaik untukmu. Mohon maaf, sekarang tidak lagi. 

Aku pernah, bukannya tidak. Berusaha sekuat tenaga melupakanmu, menyingkirkanmu dalam ingatanku. Ku akui, aku semakin sulit. Lalu aku membiarkanmu. Biarlah, terserahlah.. Egal !

Namun, awal maret itu membuat kita terkoneksi, aku memulai untuk menyapamu, hingga pada akhirnya aku mempertanyakan,

“Apakah kau mengikhlaskanku?”

“Iya, maaf ya.”

Aku rasa, jawaban itu sudah cukup mewakili seribu pertanyaan yang berkecamuk selama 10 tahun ini.

Kau tak perlu khawatir, aku juga akan melakukan hal yang sama untukmu.

“AKU MENGIKHLASKANMU.”

Walaupun sepenuhnya aku belum yakin. Aku butuh jawaban Allah untukku. Aku memutuskan untuk pulang ke Pontianak untuk menemukan jawaban.

“Ya Allah, Jika dia jodohku, maka pertemukanlah aku dan dia selama aku pulang ke Pontianak. Jika kami tidak berjodoh dan ada yang lebih baik untuk kami berdua, maka jangan saling pertemukan kami.”

Seminggu aku di Pontianak dan aku kembali ke Jakarta tanpa cerita tentang dia. Menurutku, itu adalah jawaban dari Allah untukku.

“AKU TIDAK HANYA MENGIKHLASKANMU, TAPI AKU JUGA MELEPASKAN RASA YANG PERNAH ADA UNTUKMU MENJADI TIADA. TIDAK ADA KATA DULU DAN SEKARANG, MENJADI TIADA J