AKHIR KISAH
Ntah kenapa seseorang
yang dulu kembali menoreh kisah. Kisah yang semestinya tak perlu diukir. Dia
datang tiba-tiba ke dalam hidupku lagi, membuatku mengingatnya kembali setelah
sekian lama membuat kenangannya terkubur bersama waktu.
Waktu itu, aku tak
berniat duduk dihadapannya. Bapak tua itu yang menyapaku. Bercerita, memulai
kisahku, menebak isi batinku berbicara. Sejak itulah, semua terungkap. Membuatku
memulai percakapan itu setalah sekian hari menahan rasa untuk di katakan.
1 Maret 2018, dia
muncul dalam sebutan nama dibatinku. Hampir seminggu aku mempertanyakan kenapa
dia tiba-tiba terbesit dalam ingatan. Aku video call teman kost ku dulu yang
tau semua ceritaku tentang dia dan aku. Aku menangis dihadapannya karena rasa
ini sungguh menyiksa. Aku kesal kepada diriku sendiri kenapa aku membuka
kesempatan untuk dia hadir kembali.
“Mba, ungkapin mba,
daripada mba terus begini. Coba omongin, ungkapin, biar mba lega.”
“Mba, apasih yang mba cari di dunia ini sampai
pergi jauh hanya untuk melupakan dia. Berhasil?”
Aku pernah, bukannya
tidak. Memimpikanmu untuk berada disisiku, menemani setiap langkahku, berusaha
bersama waktu menentukan akhir dari cerita ini. Aku mencoba memahami bahwa kau
tak ingin, memulainya apalagi mengakhirinya. Hingga hampir 10 tahun pun kau tak
pernah memberiku pertanyaan bahkan jawaban. Kau pun tak pernah memberikan harap
padaku, sehingga aku tak pernah kecewa karena mu.
Aku pernah, bukannya tidak. Terus memintamu untuk menjadi jawaban dalam doaku. Menyebut namamu disetiap sujud akhirku, kupinjam namamu dalam setiap sepertiga malamku, memohon yang terbaik untukmu. Mohon maaf, sekarang tidak lagi.
Aku pernah, bukannya
tidak. Berusaha sekuat tenaga melupakanmu, menyingkirkanmu dalam ingatanku. Ku
akui, aku semakin sulit. Lalu aku membiarkanmu. Biarlah, terserahlah.. Egal !
Namun, awal maret itu
membuat kita terkoneksi, aku memulai untuk menyapamu, hingga pada akhirnya aku
mempertanyakan,
“Apakah kau
mengikhlaskanku?”
“Iya, maaf ya.”
Aku rasa, jawaban itu
sudah cukup mewakili seribu pertanyaan yang berkecamuk selama 10 tahun ini.
Kau tak perlu khawatir,
aku juga akan melakukan hal yang sama untukmu.
“AKU MENGIKHLASKANMU.”
Walaupun sepenuhnya aku
belum yakin. Aku butuh jawaban Allah untukku. Aku memutuskan untuk pulang ke
Pontianak untuk menemukan jawaban.
“Ya Allah, Jika dia
jodohku, maka pertemukanlah aku dan dia selama aku pulang ke Pontianak. Jika kami
tidak berjodoh dan ada yang lebih baik untuk kami berdua, maka jangan saling
pertemukan kami.”
Seminggu aku di
Pontianak dan aku kembali ke Jakarta tanpa cerita tentang dia. Menurutku, itu
adalah jawaban dari Allah untukku.
“AKU TIDAK HANYA
MENGIKHLASKANMU, TAPI AKU JUGA MELEPASKAN RASA YANG PERNAH ADA UNTUKMU MENJADI
TIADA. TIDAK ADA KATA DULU DAN SEKARANG, MENJADI TIADA J
”