Senin, 14 November 2016

Refeleksiku..
Jam di dinding sudah menunjukan jam 1 malam, bukankah harusnya aku sudah terlelap tidur? Tapi otak ini masih bekerja seperti belum ada yang terselesaikan. Berpikir panjang, sampai muak. Dipikir-pikir aku menjadi nomaden semenjak aku berstatus sebagai mahasiswa, sampai sekarang mempunyai status baru.
Setiap liburan aku selalu ke rumah keluargaku, Aku banyak melihat rumah tangga yang serba berkecukupan tapi tidak akur dalam menyelesaikan permasalahan. Satu keluarga yang lain, selalu mempermasalahkan hal-hal yang kecil yang bisa dibicarakan dengan nada yang rendah. Satu keluarga yang serba kekurangan, tapi bersahabat dalam kesederhanaan. Satu keluarga yang suaminya tidak bekerja, istrinya harus membiayai ke-empat anaknya hidup dalam keterbatasan dan minim akses. Satu keluarga yang berbeda keyakinan denganku, tapi mengingatkanku untuk terus solat tahajud.
Suatu hari, saat statusku masih menjadi mahasiswa. Ada seseorang yang datang ke kamarku dan curhat sambil menangis. Bercerita tentang kehidupan pribadinya dan keluarganya. Dia bercerita, setiap hari dia mendengar bantingan pintu, piring, gelas, teriakan, cacian, makian yang sudah menjadi makanannya sehari-hari. Dia menangis tersedu-sedu, aku hanya bisa memeluknya dan mengelus pundaknya. Kita belum lama kenal, tapi ntah kenapa dia begitu percaya padaku sehingga menceritakan sesuatu yang harusnya dia simpan sendiri sebagai bahan pembelajaran. Tapi ini juga menjadi pembelajaran untukku.
Aku mempunyai seorang teman yang lain. Keluarganya sungguh harmonis, penuh dengan kecukupan. Mimpinya sudah jauh tinggi. Ingin membina keluarga, mempunyai anak cowok atau cewek, memikirkan nama anaknya siapa. Aku yang hingga detik ini masih sendiri, hanya bisa mengusap-ngusap wajahku karena aku belum memikirkan sampai sejauh itu. Mungkin baginya menikah adalah suatu hal yang mudah, semudah melihat kedua orang tuanya dalam menjalani kehidupan.
Mereka yang memberikanku banyak pelajaran tentang hidup. Pernikahan itu tidak hanya tentang sebuah rumah tangga, tapi pernikahan juga bercerita tentang keyakinan dalam memulai dan berkomitmen. Aku bertanya, apakah ini penyebab aku masih sendiri? Aku takut melihat pertengkaran di depan mataku, nada tinggi yang aku dengar, makian yang dilayangkan kepada satu dan yang lainnya. Belum lagi permasalahan dengan mertua. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar