Refeleksiku..
Jam di dinding sudah menunjukan jam 1 malam, bukankah
harusnya aku sudah terlelap tidur? Tapi otak ini masih bekerja seperti belum
ada yang terselesaikan. Berpikir panjang, sampai muak. Dipikir-pikir aku
menjadi nomaden semenjak aku berstatus sebagai mahasiswa, sampai sekarang
mempunyai status baru.
Setiap liburan aku selalu ke rumah keluargaku, Aku banyak
melihat rumah tangga yang serba berkecukupan tapi tidak akur dalam
menyelesaikan permasalahan. Satu keluarga yang lain, selalu mempermasalahkan hal-hal
yang kecil yang bisa dibicarakan dengan nada yang rendah. Satu keluarga yang
serba kekurangan, tapi bersahabat dalam kesederhanaan. Satu keluarga yang
suaminya tidak bekerja, istrinya harus membiayai ke-empat anaknya hidup dalam
keterbatasan dan minim akses. Satu keluarga yang berbeda keyakinan denganku,
tapi mengingatkanku untuk terus solat tahajud.
Suatu hari, saat statusku masih menjadi mahasiswa. Ada
seseorang yang datang ke kamarku dan curhat sambil menangis. Bercerita tentang
kehidupan pribadinya dan keluarganya. Dia bercerita, setiap hari dia mendengar
bantingan pintu, piring, gelas, teriakan, cacian, makian yang sudah menjadi
makanannya sehari-hari. Dia menangis tersedu-sedu, aku hanya bisa memeluknya
dan mengelus pundaknya. Kita belum lama kenal, tapi ntah kenapa dia begitu
percaya padaku sehingga menceritakan sesuatu yang harusnya dia simpan sendiri
sebagai bahan pembelajaran. Tapi ini juga menjadi pembelajaran untukku.
Aku mempunyai seorang teman yang lain. Keluarganya sungguh
harmonis, penuh dengan kecukupan. Mimpinya sudah jauh tinggi. Ingin membina
keluarga, mempunyai anak cowok atau cewek, memikirkan nama anaknya siapa. Aku
yang hingga detik ini masih sendiri, hanya bisa mengusap-ngusap wajahku karena
aku belum memikirkan sampai sejauh itu. Mungkin baginya menikah adalah suatu
hal yang mudah, semudah melihat kedua orang tuanya dalam menjalani kehidupan.
Mereka yang memberikanku banyak pelajaran tentang hidup.
Pernikahan itu tidak hanya tentang sebuah rumah tangga, tapi pernikahan juga bercerita
tentang keyakinan dalam memulai dan berkomitmen. Aku bertanya, apakah ini
penyebab aku masih sendiri? Aku takut melihat pertengkaran di depan mataku,
nada tinggi yang aku dengar, makian yang dilayangkan kepada satu dan yang
lainnya. Belum lagi permasalahan dengan mertua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar